Mata adalah salah satu organ pemberian
Tuhan yang indah yang berfungsi untuk melihat dan mendeteksi terang gelapnya
cahaya lingkungan di sekitarnya. Saat ini di Indonesia Gangguan penglihatan dan
kebutaan masih menjadi masalah kesehatan yang cukup membutuhkan perhatian. Berdasarkan
survei kebutaan tahun 1993, angka kebutaan Indonesia mencapai 1,5% dari seluruh penduduk Indonesia yang
disebabkan oleh katarak (52%), glaukoma (13,4%), kelainan refraksi (9,5%),
gangguan retina (8,5%), kelainan kornea (8,4%) dan penyakit mata lain. (Menkes
Kepala Badan Litbangkes Prof. dr. Agus Purwadianto Tahun 2010).
Pada tahun 2003
telah dilaporkan melalui sebuah penelitian bahwa angka kebutaan pada kedua mata
sebesar 2,2% dan pada tahun 2007 sebuah survei mengemukakan angka kebutaan
1,67%. Angka yang besar ini menempatkan kebutaan di Indonesia menjadi yang
tertinggi kedua di dunia setelah Ethiopia, dilaporkan pada pertemuan Asia Pacific Academy of Ophthalmology di
Sydney 2010. Dengan angka kebutaan di Indonesia yang di atas 1% ini menjadi
tidak hanya masalah kesehatan tetapi sudah menjadi masalah sosial.
Jumlah kebutaan
katarak setiap tahun terus bertambah sehingga menjadi penyebab kebutaan
terbanyak baik di dunia maupun di Indonesia. Kini katarak tidak hanya menyerang
orang lanjut usia dan orang dewasa, namun juga anak-anak, bahkan juga bayi bisa
terserang katarak. Sebesar 21% tidak dapat ditentukan penyebabnya dan 4% adalah
gangguan penglihatan sejak masa kanak-kanak. Namun sebenarnya katarak hal yang
bisa dicegah dan dapat disembuhkan. Presentase kesembuhan bahkan bisa mencapai
60% sampai 80%. Namun masih banyak penderita katarak yang tidak mengetahui jika
menderita katarak. Hal ini terlihat dari tiga terbanyak alasan penderita
katarak belum operasi hasil Riskesdas 2013 yaitu 51,6% karena tidak mengetahui
menderita katarak, 11,6% karena tidak mampu membiayai dan 8,1% karena takut
operasi.
Pada umumnya
kelainan mata terjadi dengan sendirinya. Meskipun ada faktor lain seperti
genetik, makanan, kecelakaan dan lainnya. Faktor sosial ekonomi tampaknya juga
merupakan salah satu faktor kebutaan di Indonesia. Dimungkinkan keterbatasan
finansial, mobilitas, informasi serta akses yang sulit untuk mendapatkan
pencegahan dan penanganan gangguan penglihatan dan kebutaan. Hal ini
menyebabkan pemahaman sebagian besar masyarakat mengenai penyakit katarak masih
minim.
Menurut Menkes,
pelayanan kesehatan indera penglihatan yang dikembangkan di Puskesmas, Balai
Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) dan RS pemerintah belum mampu menuntaskan
sendiri masalah kesehatan masyarakat. Maka, perlu kerjasama dengan LSM dalam
dan luar negeri untuk berbagai kegiatan mulai dari promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif kepada masyarakat.
Dalam rangka
menanggulangi kebutaan dan gangguan penglihatan, WHO membuat program Vision 2020 yang direkomendasikan untuk
diadaptasi oleh negara-negara anggotanya. Vision
2020 adalah suatu inisiatif global untuk penanganan kebutaan dan gangguan
penglihatan di seluruh dunia. Di Indonesia, Vision
2020 telah dicanangkan pada tanggal 15 Februari 2000 oleh Ibu Megawati
Soekarnoputri sebagai Wakil Presiden saat itu. Untuk mencapai vision 2020 ini pemerintah
Kemenkes juga telah mengembangkan
strategi-strategi yang dituangkan dalam Kepmenkes nomor 1473/MENKES/SK/2005
tentang Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan
Kebutaan (Renstranas PGPK).
Salah satu
strateginya adalah penguatan aksi, komunikasi dan sosialisasi pada semua kalangan
untuk upaya penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan. Upaya sosialisasi
ini dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya menjaga kesehatan terutama penglihatan. Upaya aksi
dilaksanakan agar mendapatkan dukungan dari semua kalangan untuk upaya
penanggulangan gangguan penglihatan. Selain itu, perlu juga adanya upaya deteksi dini dan
penanggulangan gangguan penglihatan pada kelompok masyarakat mulai dari bayi/
Balita, usia sekolah sampai usia lanjut, terutama terhadap penyebab utama
kebutaan yaitu katarak. Untuk itu besar harapan komitmen dan dukungan dari
pemerintah baik di pusat maupun daerah serta partisipasi masyarakat, swasta,
LSM dan lintas sektor.
Mata adalah
organ dengan fungsi yang sangat vital namun gangguan penglihatan dan kebutaan
di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan presentase cukup
tinggi ysng disebabkan oleh beberapa faktor ekonomi, lingkungan dan
keterbatasan tenaga, sarana dan prasarana.
Dalam memperingati
hari penglihatan sedunia ini, sejenak kita ucapkan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena rahmatnya kita masih
bisa menggunakan fungsi mata dengan baik. Besar harapan kita dapat menjaga dan
memanfaatkan mata sebaik mungkin selagi sehat serta memberikan pengarahan
kepada masyarakat agar selalu menjaga dan membersihkan mata dengan baik dan
benar. Lalu memberikan pengobatan intensif kepada masyarakat yang mempunyai
indikasi atau faktor resiko kebutaan karena katarak. Jika memerlukan operasi maka
sudah seharusnya pihak kesehatan terkait memberikan pengarahan terlebih dahulu.
Semakin kita
bersama-sama berusaha membasmi kebutaan katarak semakin tinggi pula sejahtera
kehidupan masyarakat dan semakin besar harapan menjadi Indonesia sehat tanpa
kebutaan mata karena katarak. Sebagai generasi muda mulailah menjaga mata
sebagai penglihatan masa depan untuk mempersiapkan dan mewujudkan visi
kehidupan bangsa serta kesejahteraan masyarakat Indonesia yang lebih baik.
Lakukan kegiatan dan aksi yang bermanfaat untuk mendukung saudara kita yang
kekurangan dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
mata untuk melihat keindahan dunia. Mari kita berantas kebutaan ini untuk
menghilangkan kemiskinan dengan menjaga kesehatan mata kita dengan sebaik mungkin
Sumber :
1. Badan Litbangkes Kementrian
Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2007.
2. Badan Litbangkes Kementrian
Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2013.
3. M.voaindonesia.com/angka
kebutaan tinggi Indonesia.
4. M.cnnindonesia.com/kebutaan
katarak indonesia 2015.
5. Pusat Komunikasi Publik,
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.
6. Vision 2020 the Right to Sighn
Australia, Toward 2020, A Plan to Eliminate Avoidable Blindness and Vision Impairment
in Our Region, Country Strategies to Eliminate Avoidable Blindness by 2020,
Indonesia, P20, June 2010.
7. Rencana
Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan untuk
Mencapai Vision 2020, Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1473 Tahun
2005.
Kastrat BEM FK UMM - Oktober 2015